Senin, 20 Juli 2009

PERKEMBANGAN PERPUSTAKAAN

1. Asal Mula Perpustakan.

  1. Sebelum Masehi.

Perkembangan perpustakaan sejalan dengan perkembangan manusia/ masyarakat. Karena kegiatan dari salah satu perpustakaan itu sendiri ialah menyimpan produk tulisan masyarakat, sekaligus juga perpustakaan merupakan produk dari masyarakat karena perpustakaan tidak akan ada apabila tidak ada masyarakat.. hal ini ditandai dengan cara kehidupan manusia purba yang nomaden. Kehidupan yang mengembara dari satu tempat ketempat lain untuk mencari makan dari alam sekitarnya hingga berangsur-angsur berubah menjadi kehidupan yang berbudaya, memiliki tempat yang tetap untuk tinggal dan bermata pencaharian.

Pengalaman hidup dengan cara yang nomaden dan kebutuhan informasi antar sesama tersebut membuat mereka berpikir dan merekayasa bagaimana cara menyampaikan pesan agar diterima kerabatnya. Pesan ini mereka pahatkan dalam bentuk sandi atau isyarat di batu-batu, daun-daun lontar, dan benda-benda lainnya. Setelah menggunakan berbagai tanda yang dipahatkan pada benda-benda tersebut sehingga komunikasi tidak hanya terjadi pada satu kelompok tertentu saja melainkan juga meluas antar kelompok, dan bahhasa yang digunakan sudah bahasa lisan dan tulisan.

Dari uraian diatas atsmosfer pembentukan perpustakaan sudah mulai tampak. Hal ini dibuktikan adanya tulisan atau tanda yang dipahatkan di pohon atau batu atau benda lain, yang digunakan sebagai cantuman ( record ) mengenai apa yang dikatakan manusia maupun yang diketahui seseorang pada masa lalu. Pesan dalam berbagai pahatan ini dapat dibaca dan diingat sehingga pesan yang dicantumkan biasa diketahui pula oleh orang lain dan bisa pula diteruskan dari satu generasi kegenerasi berikutnya. Berdasarkan bukti arkeologis bahwa perpustakaan pada awal mulanya tidak lain berupa kumpulan catatan transaksi niaga. Dengan kata lain, perpustakaan purba merupakan sebuah kemudahan untuk menyimpan catatan niaga.

Pada tahun 2500 SM, orang Mesir menemukan sebuah temuan yang sederhana yang memiliki pengaruh besar bagi peradaban manusia, yaitu penemuan bahan tulis berupa papyrus yang dibuat dari sejenis rumput yang tumbuh disepanjang sungai Nil. Temuan ini didasari karena catatn atau tanda yang dibuat pada batu, kayu, dan lempengan seperti yang diuraikan di atas dinggap kurang praktis.

  1. Sesudah Masehi.

Sekitar tahun 700-an Masehi, papyrus masih digunakan sebagai bahan tulis hingga sampai mulai digunakan bahan lain seperti kulit binatang, besi dan sebagainya.

Di Cina sekitar abad pertama Masehi telah ditemukan sejenis bahan yang mirip dengan kertas yang kita gunakan dewasa ini. Temuan ini tidak meluas sehingga tidak dikenal di Eropa. Hal ini disebabkan ketatnya seleksi yang dilakukan oleh penguasa Cina terhadap barang yang keluar-masuk Cina hingga tahun 1150-an. Sebelum temuan di Cina, Eropa menggunakan Parchmen, yaitu kulit binatang sebagai bahan tulis, misalnya, kambing, domba, biri-biri, sapi dan binatang lainnya.

Awal terjadinya penerbitan di Eropa digunakan kulit sapi atau kambing yang dijadikan bahan untuk menulis dan menjilid yang biasanya disebut dengan Vellum. Sebelum tahun 1501 di Eropa Barat telah dikenal suatu terbitan yang bernama Incunabula, yaitu buku yang dicetak dengan menggunakan teknik bergerak (movable type) dengan menggunakan teknik yang masih primitive sehingga pembuatannya memerlukan waktu yang cukup lama dan produknya terbatas. Karena itu, perpustakaan, terutama di Eropa hanya menyimpan naskah tulisan tangan saja lazimnya disebut Manustrip ( yang berbentuk gulungan atau rol ).

Dari kenyataan diatas, pada masa itu peradaban Cina jauh lebih maju dari pada peradaban Eropa. Misalnya dalam hal cetak mencetak orang Cina telah menggunakan sejenis bentuk cetakan berupa cetakan pada blok kayu. Teknik mencetak tersebut dikembangkan menjadi tipe gerak, yang bisa memindahkan sebuah aksara ke blok lain. Teknik ini di Eropa Barat baru dikenal sekitar tahun 1440, saat Johannes Gutenberg dari kota Mainz, Jerman mencetak buku dengan tipe gerak. Temuan ini dikembangkan mulai abad ke-16 yang sangat berpengaruh besar terhadap perpustakaan. Artinya ratusan buku dapat dicetak ratusan eksemplar sehingga perpustakaan diisi dengan buku yang telah dicetak.

Lahirnya paham baru yang timbul akibat Renaisance ( perubahan = Revolusi industri mesin cetak ) bersamaan dengan penyebaran teknik dan keahlian cetak itu sendiri, dengan akibat timbulnya aliran Romantic yang mementingkan logika dalam berbagai temuan dan usaha menentang dominasi gereja disegala bidang. Pengaruh mesin cetak ini tampak pada tahun 1617 dimana Martin Luther menempelkan protes tercetak di gereja Wittenberg.

  1. Perkembangan Perpustakaan Klasik diberbagai Negara

1. Sumeria dan Babylonia.

Sekitar 3000 tahun SM yang lalu, bekas kerajaan Sumeria telah menyalin rekening, jadwal kegiatan, pengetahuan yang mereka peroleh dalam bentuk lempeng tanah liat ( clay tablets ) dengan berupa gambar ( pitograph ) kemudian ke aksara Sumeria.

Babylonia menyerap tulisan Sumeria setelah menaklukannya. Tulisan ini diubah menjadi tulisan paku ( cunciform ) karena mirip paku. Perpustakaan kerajaan di ibukota Nineveh berdiri sekitar tahun 668-626 SM semasa pemerintahan raja Ashurbanipal dari Assyria yang koleksinya berisi puluhan ribu lempeng tanah liat yang dikumpulkan dari segala penjuru kerajaan dengan memakai system penyimpanan menggunakan subjek serta tanda pengenal.

2. Mesir.

Perpustakaan pada peradaban Mesir kuno dikenal sekitar tahun 4000 SM yang ditandai dengan adanya teks tertulis dengan menggunakan tulisan yang disebut hieroglyph, dengan tujuan memahatkan pesan terakhir di monumen untuk mengagungkan raja. Tulisan ini ditujukan untuk memberikan kesan pada dunia. Tulisan ini hanya biasa dipahami oleh pendeta , karena itu papyrus banyak ditemukan di kuil-kuil yang berisi pengumuman resmi, tulisan keagamaan, filsafat, sejarah, dan ilmu pengetahuan.

Perkembangan perpustakaan pada masa ini terjadi semasa raja khufu Ilhafre, dan Ramses II sekitar tahun 1250 SM. Perpustakaan raja Ramses II memiliki koleksi sekitar 20.000 buku.

3. Yunani.

Tahun 1500 SM, peradaban Yunani mengenal tulisan yang disebut mycena dan diganti oleh orang Phoenicia dengan menemukan 22 aksara yang kemudian dikembangkan menjadi 26 aksara seperti yang kita kenal dewasa ini.

Sekitar abad ke-6 dan ke-7 Yunani mulai mengenal perpustakaan milik Polyerratus, dan sekitar abad ke-5 SM mengenal perpustakaan Pericies. Pengumpulan, penyimpanan. Pemanfaatan budaya masa lalu dilakukan pertama kali oleh Filsof Aristoteles dan koleksinya dibawa ke Roma. Perkembangan Perpustakaan Yunani Kuno baru sampai pada puncaknya semasa abad Hellenisme dengan adanya penyebaran ajaran dan kebudayaan Yunani. Di kota Alexandria berdiri sebuah museum yang bagian utamanya adalah perpustakaan dengan tujuan mengumpulkan teks Yunani dan manustrip segala bahasa dari semua penjuru dengan koleksi pertamanya 200.000 gulung.

Pada abad ke-2 SM, Eumenes II mendirikan sebuah perpustakaan dengan mendirikan manuskrip, bahkan membuat salinan manuskrip lain dengan menggunakan bahan papyrus yang di impor dari Mesir. Kegiatan ini berakhir karena raja Mesir menghentikan ekspor Papirus Kepergamum dengan alasan kuatir persedian papyrus habis dan juga dilandasi rasa iri akan pesaingnya. Dengan dihentikan ekspor dari Mesir, perpustakaan pergamum mengambangkan bahan tulis baru yang disebut parchmen. Atau kulit binatang hingga ditemukanya mesin cetak pada abad pertengahan. Koleksi perpustakaan pergamum mancapai 100.000 gulungan, yang kemudian diserahkan pada perpustakaan Alexandria yang menjadi perpustakaan terbesar pada zamannya.

4. Roma

Roma banyak mempelajari sastra, filsafat, dan ilmu pengetahun lewat Yunani, bahkan mereka menggunakan tutur bahasa Yunani. Di Roma perpustakaan pribadi tumbuh karena perwira tinggi membawa buku rampasan perang. Akhirnya perpustakaan ini dibuka untuk umum setelah diperintahkan oleh Julius Caesar, kemudian tersebar keseluruh bagian kerajaan Roma. Pada Abad ke-4 papyrus diganti dengan Codek yang merupakan kumpulan parchmen, diikat dan dijilid jadi satu.

Mundurnya kerajaan Roma diiringi dengan kemunduran perpustakaan dan yang tersisa hanya perpustakaan biara. Hal ini disebabkan akibat serangan bangsa Bar-bar.

5. Byzantium.

Pada tuhun 324 kerajaan Roma Barat dan Timur dipimpin oleh kaisar Konstantin Agung dengan ibu kota di Byzantium. Nama kota tersebut dirubah menjadi Konstantinopel, pada masa ini perpustakaan didirikan dengan menekankan pada karya latin, karena bahasa latin merupakan bahasa resmi sampai abat ke-6, koleksinya bertambah dengan karya kristen dan non kristen baik menggunakan bahasa Yunani maupun Latin. Dengan jumlah koleksinya tercatat hingga 120.000 buku.

6. Arab

Abad ke-7 Islam muncul dan menyebar ke daerah sekitar Arab sampai menguasai Syria, Babilonia, Mesopotamia, Persia, Mesir, bagian Afrika Utara dan menyebrang ke Spanyol. Arab berjasa besar ke Eropa dalam penyebaran ilmu pengetahuan dan matematika.

Abad ke-8 dan ke-9 Baghdad berkembang sebagai pusat kajian karya Yunani. Hal ini disebabkan ilmuwan muslim mengkaji dan menterjemahkan karya filsafat, pengetahuan, dan kedokteran Yunani kedalam bahasa Arab. Puncak kejayaan terjadi pada masa pemerintahan Abbasid AL Mamum dengan berdirinya rumah kebijakan pada tahun 810 dengan menggabungkan unsur perpustakaan diantaranya perpustakaan masjid dan lembaga pendidikan. Perpustakaan ini memiliki katalog dan disusun menurut tempat dan dikelola oleh staf perpustakaan. Abad ke-15 perpustakaan Kairo memiliki 150.000 buku.

7. Renaisance.

Abad ke-14 terjadi renaisance di Eropa Barat yang mengakibatkan ilmuwan Byzantium dari Konstantinopel mengungsi dan membawa serta manuskrip penulis kuno kedaerah italia dan mengembangkan kajian Yunani dan latin sehingga karya ini tersebar ke Eropa Barat dan Utara sebagian diantaranya disimpan di perpustakaan biara maupun Universitas yang mulai tumbuh.

8. Penyusunan Al-Qur`an dan Hadist sebagai perkembangan perpustakaan

Setiap wahyu yang diterima Rasulullah Saw selalu menggerakkan bibir sebagai tanda bahwa Rasulullah Saw menghafalkan setiap wahyu yang diterima. Dengan cara inilah Rasulullah Saw mengumpulkan semua ayat Al-Qur`an yang diterimanya. Dalam ayat dikatakan “Sesungguhnya atas tanggung jawab Kamilah mengumpulkannya (didadamu) dan (membuat kamu) pandai membacanya” (QS 75:17). Dengan demikian metode pertama pengumpulan adalah menghafal.

Rasulullah Saw menginstruksikan kepada para sahabat untuk menulis dan menghafal Al-Qur `an. Sementara hadist hanya untuk dihafal saja. Namun ada sebagian sahabat yang mencatat terhadap hadist, diantaranya :

1. Abdullah bin Amr Al-`Ash yang menghimpun sekitar seribu hadist.

2. Jabir bin Abdillah bin Amr Al-Anshari yang memiliki catatan hadist tentang manasik haji.

3. Abu hurairah AL-dausi yang memiliki catatan hadist dari Rasulullah Saw yang dikenal dengan Al-Sahifah Al-Sahihah

4. Abu Syah (Umar bin Saad Al-Anmari )

Pada awalnya para sahabat menulis Al-Qur`an hanya untuk diri sendiri, mereka menulis diatas pelepah daun korma, batu, pelepah damar, papan, potongan kulit, kayu yang diletakkan diatas punggung keledai. Setelah Rasulullah Saw wafat. Di masa Khalifah Abu Bakar Al-Qur`an dikumpulkan untuk menjaga kelestariannya.

2. Perpustakaan di Indonesia

A. Zaman Penjajahan.

Perpustakaan yang pertama didirikan oleh Hindia Belanda adalah perpustakaan sebuah gereja di Batavia yang dirintis sejak tahun 1624 dan diresmikan pada tanggal 27 April 1643 dengan pustakawan seorang pendeta yang bernama DS.Abraham Fierenius. Pada tanggal 24 April 1778, berdiri Bataviausche Genootschap Van Kunsten En Wetenschappen (BGKW) di Batavia yang bersamaan dengan berdirinya pula perpustakaan lembaga BGKW atas prakarsa Mr. J.C.M. Radcmaker, ketua Raad Van Indie (Dewan Hindia Belanda).

Pada tahun 1846 keluarlah katalog buku yang pertama di Indonesia dengan judul Bibliotecae Artiumcientiaerumque Batavia Floret Cataloque Systematicus hasil suntingan P.Bleeker. Edisi kedua terbit dengan judul dalam bahasa Belanda pada tahun 1848.

  1. Setelah Kemerdekaan.

Pada tahun 1950, perpustakaan lembaga BGKW dirubah menjadi lembaga kebudayaan Indonesia. Pada tahun 1962 lembaga ini diserahkan kepada pemerintah Indonesia yang namanya berubah menjadi Museum Pusat. Koleksi perpustakaannya dikenal dengan nama Perpustakaan Museum Pusat. Museum ini akhirnya berubah nama menjadi Museum Nasional dan perpustakaannya menjadi Perpustakaan Museum Nasional yang dilebur ke pusat Pembinaan Perpustakaan.

Pada tahun 1989 terjadi lagi perubahan yang mana Pusat Pembinaan Perpustakaan dilebur sebagai bagian dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

  1. Kilas Balik Pendidikan Perpustakaan di Indonesia.

1. Pada tanggal 20 Oktober 1952 berdiri sekolah perpustakaan berupa Kursus Pendidikan Pegawai Perpustakaan selama 2 tahun.

2. Antara tahun 1955-1959 berubah nama menjadi kursus Pendidikan Ahli Perpustakaan (PAP), lama pendidikannya selama 2,5 tahun.

3. Tahun 1959 ditingkatkan statusnya menjadi Sekolah Perpustakaan dengan lama pendidikan 3 tahun.

4. tahun 1961 sekolah perpustakaan secara resmi di integrasikan kedalam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Indonesia (FKIP-UI).

5. Tahun 1963, FKIP-UI memisahkan diri dari Universitas Indonesia menjadi Institusi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP). Sedangkan jurusan Ilmu Perpustakaan yang berada dibawah FKIP-UI berintegrasi kedalam Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FSUI).

6. Tahun 1969 diadakan perubahan kurikulum dengan tujuan menghasilkan pustakawan tingkat sarjana, penerimaannya minimal ijazah Sarjana Muda.

7. Tahun 1979 kurikulum JIP-FSUI ditinjau kembali dan lulusannya setingkat S1 (SK Menteri P dan K No.012410/1979)

8. Tahun 1986, jurusan ilmu perpustakaan FSUI (JIP_SUI) tidak lagi menerima ijazah Sarjana Muda tetapi tamatan SMTA.

9. Awal tahun 1988 JIP-SUI menyelenggarakan pendidikan Sarjana Ilmu Perpustakaan sebagai gelar ke dua. Persyaratan yang diterima adalah calon Mahasiswa minimal memiliki ijazah S1 dari berbagai disiplin ilmu. Dan akan diberi gelar Sarjana Perpustakaan.

10. tahun 1990 , UI membuka program Pasca Sarjana Ilmu Perpustakaan.

3. Kesimpulan

Tanpa kita sadari sebenarnya perpustakaan mulai tampak ada sejak peradaban manusia purba. Hal ini dapat kita lihat dari cara hidup manusia pada waktu itu yang selalu berpindah-pindah dari satu tempat ketempat lain dengan memberi tanda atau isyarat apabila mereka melihat atau mengetahui sesuatu.

Dalam perkembangan ajaran agama islam perpustakaan juga terbentuk tanpa disadari. Hal ini terlihat jelas pada masa khalifah Abu Bakar yang menginstruksikan agar Al-Qur`an ditulis dan dikumpulkan menjadi satu lalu disimpan demi terjaganya kelestarian Al-Qur`an.

Di Indonesia perpustakaan itu sendiri berkembang melalui dua periode yaitu :

    1. Periode Zaman Penjajahan.
    2. Periode Setelah Kemerdekaan

Pendidikan perpustakaan di Indonesia mengalami beberapa kali perubahan sebelum sampai kepada jenjang pendidikan Akademik.

Tidak ada komentar: